Vie Mariana
Buat seorang wanita, harta yang paling berharga didalam hidup ini adalah seorang suami yang sholeh. Kepadanyalah, seorang istri akan merasakan kebahagian didalam hidupnya dan diakhirat kelak, keberuntunganlah yang akan diterima seorang istri, jika dia mempercayakan hidupnya, memberikan segala cinta, perhatian, dan kasih sayangnya kepada suami yang sholeh. Karena didirinyalah, seorang istri akan mendapatkan apa yang didambanya: Ketenangan, keteduhan, kedamaian, perlindungan dan cinta serta sayang.

Suami yang sholeh adalah seorang yang bisa membahagiakan istri dan anaknya, serta keluarganya baik di dunia ini ataupun di akhirat kelak. Seorang suami yang sholeh tidak akan memberi makan istri dan anak-anaknya kecuali dengan harta yang halal.

Seorang suami yang sholeh adalah seorang suami yang mampu menjaga amanah yang diberikan kepadanya. Dan istri adalah amanah yang diberikan kepada seorang laki-laki yang menjadi suaminya.

Suami yang sholeh adalah seorang suami yang mampu memperlakukan istri dan anaknya dengan sifat-sifat yang terpuji, seorang suami yang sholeh akan selalu memperlakukan istrinya dengan sabar, sabar dengan setiap kesalahan-kesalahan istrinya, dan memperlakukan istrinya dengan kelembuatan dan penuh maaf saat istri dipenuhi dengan emosi dan kemarahan.

Suami yang sholeh adalah suami yang mampu menjadi pemimpin didalam rumah tangganya. Seorang suami bagaikan pemerintah didalam rumah tangganya, seorang suami yang sholeh adalah yang mampu memperhatikan hak dan kepentingan rakyatnya didalam pemerintahan yang dipimpinnya, dalam hal ini adalah istrinya.

Seorang suami yang sholeh akan selalu mampu bersikap bijaksana didalam tindakannya, menghargai pendapat istrinya, dan jika terjadi perbedaan pendapat dengan istrinya, dengan sikap terpuji dan penuh cinta kasih menghargai pendapat sang istri, serta mencari titik temu bersama dalam kerangka yang diperintahkan oleh alloh dan mejauhi segala yang dilarang oleh alloh.

Seorang suami yang sholeh akan selalu mampu menjadi teladan terpuji buat istri dan anak-anaknya. Mampu menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan mendidik diri, istri, dan anak-anaknya untuk menapaki jalan-jalan yang menuju keridloan Alloh.



Seorang suami yang sholeh adalah seorang suami yang mampu membuat dirinya, istrinya dan anak-anaknya mencintai ilmu, menguasai ilmu dan mampu mengamalkannya, menjadikan ilmu yang diperolehnya itu bermanfaat bagi bangsa, negara, dan agamanya.

Seorang suami yang sholeh adalah seorang suami yang mampu membuat istrinya dan anak-anaknya tumbuh, dan berkembang menjadi pribadi yang luar biasa serta menapaki tangga-tangga sukses di dunia ini dan akhirat kelak.

Seorang suami yang sholeh adalah seorang suami yang akan selalu menjaga istri dan anaknya dari api neraka.

by : Fsi Al Kautsar UNJ
Vie Mariana
  • Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok." Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

    Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun.... Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta."

    Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

    Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama." Senyap sejenak... secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya...," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

    Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, "Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka."

  • Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).

    Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.

    Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat.

    Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.

    Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

    Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.

    Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.

    Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.

Vie Mariana
Rumput rumput yang terinjak ..
Mengaduh sendiri .. hingga hilang perih itu, pergi ..
Sendiri dengan lembar lembar daun yang tetap tegar menghijau ..
Walau bercak sisa jejak tapak manusia menindihnya tanpa perduli ..
Rumput rumput yang terpanggang ..
Oleh panas matahari ... oleh siksa waktu yang berjalan perlahan ..
Oleh keringnya dahaga yang memekik ..
Oleh kelabunya pandangan pandangan yang menganggapnya tak penting ..
Andai ku bisa berlari .. lari dan berlari menghindari pijakan pijakan tanpa arah ..
Andai kubisa berteduh dan sejenak meneduhkan lelahku yang panjang ..
Andai ku bisa tahu dimana hujan kali ini menghabiskan sisa usianya ..
Andai ku bisa menangis dan berteriak .. melepaskan sisa sesakku ..
Dan aku adalah sebaris rumput rumput .. yang terus tumbuh dan kembali liar ..
Tanpa bunga .. tanpa keindahan, ..
Hanya kehangatan kecil yang menyandarkan tubuh tubuh manusia dalam ketenangan
Dan aku adalah gambaran permadani yang melapangkan pandangan pandangan mata ..
Sekelebat hijau tanpa warna warni pelangi ..
Dan aku adalah rumput rumput tanpa pesan ..
Tanpa cerita ..
Tanpa punya arti bagi kumbang kumbang yang datang ..
Karena aku, hanyalah rumput rumput yang tak mampu berbicara lebih, ..
Kepada dunia ..

Vie Mariana
Untuk mu yang selalu Kucintai. Saat kau
bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan
berharap engkau akan berbicara kepadaKu,
bercerita, meminta pendapatKu,
mengucapkan sesuatu untukKu walaupun
hanya sepatah kata.

Atau berterima kasih kepadaKu atas
sesuatu hal yang indah yang terjadi
dalam hidupmu pada tadi malam, kemarin,
atau waktu yang lalu. Tetapi Aku melihat
engkau begitu sibuk mempersiapkan diri
untuk pergi bekerja... Tak sedikitpun
kau menyadari Aku di dekat mu.

Aku kembali menanti saat engkau sedang
bersiap. Aku tahu akan ada sedikit waktu
bagimu untuk berhenti dan menyapaKu,
tetapi engkau terlalu sibuk...

Di satu tempat, engkau duduk tanpa
melakukan apapun. Kemudian Aku melihat
engkau menggerakkan kakimu. Aku berfikir
engkau akan datang kepadaKu, tetapi
engkau berlari ke telefon dan menelefon
seorang teman untuk sekadar berbual-bual.

Aku melihatmu ketika engkau pergi
bekerja dan Aku menanti dengan sabar
sepanjang hari. Namun dengan semua
kegiatanmu Aku berfikir engkau terlalu
sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu.

Seb elum makan siang Aku melihatmu
memanda ng kesekeliling, mungkin engkau
merasa malu untuk berbicara kepadaKu,
itulah sebabnya mengapa engkau tidak
sedikitpun menyapaKu.

En gkau memandang tiga atau empat meja
sekitarmu dan melihat beberapa temanmu
berbicara dan menyebut namaKu dengan
lembut sebelum menjamah makanan yang
Kuberikan, tetapi engkau tidak
melakukannya...

Ya, tidak mengapa, masih ada waktu yang
tersisa dan Aku masih berharap engkau
akan datang kepadaKu, meskipun saat
engkau pulang ke rumah
kelihatanny a seakan-akan banyak hal yang
harus kau kerjakan.

Set elah tugasmu selesai, engkau
menghidupk an TV, Aku tidak tahu apakah
kau suka menonton TV atau tidak, hanya
engkau selalu ke sana dan menghabiskan
bany ak waktu setiap hari di depannya,
tanpa memikirkan apapun dan hanya
menikmati siaran yang ditampilkan,
hing ga waktu-waktu untukKu dilupakan.

Ke mbali Aku menanti dengan sabar saat
engkau menikmati makananmu tetapi
kembali engkau lupa menyebut namaKu dan
berterima kasih atas makanan yang telah
Kuberikan.< br>
Saat tidur Kufikir kau merasa terlalu
lelah. Setelah mengucapkan selamat malam
kepada keluargamu, kau melompat ke
tempat tidurmu dan tertidur tanpa
sepatahpun namaKu kau sebut. Tidak
mengapa kerana mungkin engkau masih
belum menyadari bahwa Aku selalu hadir
untukmu.

Aku telah bersabar lebih lama dari yang
kau sadari. Aku bahkan ingin mengajarkan
bagai mana bersabar terhadap orang lain.
Aku sangat menyayangimu, setiap hari Aku
menantikan sepatah
kata darimu, ungkapan isi
hatimu, namun tak kunjung tiba.

Baiklah ..... engkau bangun kembali dan
kembali Aku
menanti dengan penuh kasih bahwa hari
ini kau akan
memberiKu sedikit waktu untuk menyapaKu...

Tapi yang Kutunggu ... ah tak juga kau
menyapaKu.
Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan
Subuh lagi
kau masih tidak mempedulikan Aku.

Tak ada sepatah kata, tak ada seucap
doa, tak ada
pula harapan dan keinginan untuk sujud
kepadaKU...

Apakah salahKu padamu ...? Rezeki yang
Kulimpahkan, kesehatan yang Kuberikan,
Harta yang
Kurelakan, makanan yang Kuhidangkan,
Kese lamatan
yang Kukurniakan, Kebahagiaan yang
Kuanugerahkan,
apakah hal itu tidak membuatmu ingat
kepadaKu???

Percayalah, Aku sangat mengasihimu, dan
aku tetap
berharap suatu saat engkau akan
menyapaKu, memohon
perlindunganKu, bersujud menghadapKu....
Kembali
kepadaKu.. ...

Yang selalu bersamamu setiap saat...,
TUHANmu. ....

Allahu Akbar !!!


-Kahlil Gibran-
Vie Mariana
Duhai gadis, maukah ku beritahukan padamu bagaimana mencintai dengan indah?
Inginkah ku bisikkan bagaimana mencintai dengan syahdu.
Maka dengarlah..
Gadis, Saat ku jatuh cinta..
Tak akan ku berucap..
Tak akan ku berkata..
Namun ku hanya akan diam..
Saat ku mencintai, takkan pernah ku menyatakan.
Tak akan ku menggoreskan..
Yang ku lakukan hanyalah diam..

Aku tahu, cinta adalah fitrah..sebuah anugrah tak terperih..
Karena cinta adalah kehidupan. Karena rasa itu adalah cahaya. Aku tahu, hidup tanpa cinta, bagaikan hidup dalam gelap gulita.. Namun.. Saat rasa itu menyapa, maka hadapi dgn anggun. Karena rasa itu ibarat belenggu pelangi, dengan begitu banyak warna. Cinta terkadang mbuatmu bahagia, namun tak jarang mbuatmu menderita. Cinta ada kalanya manis bagaikan gula, Namun juga mampu memberi pahit yang sangat getir. Cinta adalah perangkap rasa.. Sekali kau salah berlaku, maka kau akan terkungkung dalam waktu yang lama dalam lingkaran derita.

Maka gadis, Agar kau dapat keluar dari belenggu itu. Dan mampu melaluinya dgn anggun.. Maka mencintailah dalam hening. Dalam diam.. Tak perlu kau lari, tak perlu kau hindari. Namun juga, jangan kau sikapi dgn berlebihan. Jangan kau umbar rasamu. Jangan kau tumpahkan segala sukamu..

Cobalah merenung sejenak dan fikirkan dgn tenang.. Kita percaya takdir bukan? Kita tahu dengan sangat jelas... Dia, Allah telah mengatur segalanya dengan begitu rapinya? Jadi, apa yang kau risaukan? Biarkan Allah yg mengaturnya, Dan yakinlah di tangan-Nya semua akan baik-baik saja..

Cobalah renungkan... Dia yang kau cinta, belum tentu atau mungkin tak akan pernah menjadi milikmu.. Dia yang kau puja, yang kau ingat saat siang dan yang kau tangisi ketika malam, Akankah dia yang telah Allah takdirkan denganmu?

Gadis, kita tak tahu dan tak akan pernah tahu.. Hingga saatnya tiba.. Maka, ku ingatkan padamu, tidakkah kau malu jika smua rasa telah kau umbar... Namun ternyata kelak bukan kau yg dia pilih untuk mendampingi hidupnya? Gadis, Karena cinta kita begitu agung untuk di umbar.. Begitu mulia untuk di tampakkan.. Begitu sakral untuk di tumpahkan..

Dan sadarilah gadis, fitrah kita wanita adalah pemalu, Dan kau indah karena sifat malumu.. Lalu, masihkah kau tampak menawan jika rasa malu itu telah di nafikan? Masihkah kau tampak bestari jika malu itu telah kau singkap.. Duhai gadis, jadikan malu sebagai selendangmu.. Maka tawan hatimu sendiri dalam sangkar keimanan.. Dalam jeruji kesetiaan.. Yah.. Kesetiaan padanya yg telah Allah tuliskan namamu dan namanya di Lauhul Mahfuzh.. Jauh sebelum bumi dan langit dicipta..

 Maka cintailah dlm hening. Agar jika memang bukan dia yg ditakdirkan untukmu, Maka cukuplah Allah dan kau yg tahu segala rasamu.. Agar kesucianmu tetap terjaga.. Agar keanggunanmu tetap terbias..

Maka, ku beritahukan padamu, Pegang kendali hatimu..Jangan kau lepaskan. Acuhkan semua godaan yg menghampirimu.. Cinta bukan untuk kau hancurkan, bukan untuk kau musnahkan.. Namun cinta hanya butuh kau kendalikan, hanya cukup kau arahkan..

Gadis... yg kau butuhkan hanya waktu, sabar dan percaya..
Maka, peganglah kendali hatimu, Lalu..Arahkan pd Nya.. Dan cintailah dalam diam.. Dalam hening.. Itu jauh lebih indah..

Jauh lebih suci