Vie Mariana
Bismillahirrahmanirrahim..
Sebenarnya awal saya membuat catatan ini,agak bingung juga bagaimana saya menyikapi orang tua dan anak yang tidak sama dalam hal jodoh atau masalah cinta anaknya yang terbentengi restu orang tua.
Kasus ini di alami sahabat saya,dia “curhat” kepada saya tentang kasus penentangan orang tuanya terhadap calon yang di ajukan oleh sahabat saya.
Agak sulit memang ketika cinta sudah berbicara namun bakti pada orang tua pun harus teringkari. Namun ketika kau memilih orang tua,kau harus mau untuk mengorbankan cintamu. Hal ini lah yang membuat kebimbangan tersendiri. Rasa sakit kehilangan cinta atau rasa khawatir atas dosa ingkar terhadap orang tua.
Kebanyakan dari kita memang akan memperjuangkan cinta mati-mati an terhadap orang tua. Namun,yang banyak terlupa adalah alasan orang tua yang melarang hubungan tersebut. Maka di sinilah syariat yang berhubungan antara cinta pada yang bukan mahrom sebelum pernikahan di bandingkan dengan cinta orang tua kepadamu.
Biasanya cinta yang yang di bela mati-matian itu terkait dengan aktivitas “Pacaran”,karna antara kau dan si dia telah mengalami hubungan khusus yang meningkatkan kadar hubungan itu sendiri dengan “Cinta Mati. Namun di sinilah letak nya kematian hati juga terimbangi. Mata telah di butakan dengan cinta dan orang tua yang biasanya mengetahuimu sejak kecil terlupakan begitu saja.
Orang tua sangat tahu apa kekuranganmu dan apa kelebihanmu. Mungkin saja dari aktivitas “Pacaran” itu orang tua tahu,perubahan-perubahan yang kau alami sehingga orang tuamu enggan untuk merestuimu. Kalau kau masih menginginkan tetap menuntut keinganmu bersamanya,tentu kau harus tau alasan orang tuamu mengenai ini.
Bila alasan orang tuamu karna ada kecenderungan terhadap jabatan,harta,Ras atau yang tidak berkaitan dengan agama,kau berhak menolak dan tetap dengan pendirianmu. Namun jika alasan orang tuamu jelas seperti laki-laki yang akan menjadi imammu kelak sudah sering mengajakmu berduaan,,berjalan berdua,bergandengan tangan,dan lain-lain yang terkait aktivitas “Pacaran”,maka kau wajib mengikuti orang tua mu, karna laki-laki itu sudah mengajak jauh dari agama sebelum menikahimu,secara logika pun mungkin orang tua mu takut dia tidak mampu menjadi imam yang baik.
Di sini lah fungsi syariat yaitu Ta’aruf. Dalam ta’aruf tak akan ada pihak yang di rugikan. Bila kau menolak,orang tua mu pun tak akan memaksa. Bila orang tua mu menolak,sepertinya tak akan menjadi masalah karna kau pun hanya tahu dia sebatas saat ta’aruf. Kalau pun saat ta’aruf timbul cinta dan orang tua tak merestui,kembali lagi kita lihat alasan syari yang orang tuamu kemukakan. Jika tidak,kau boleh mempertahankan,namun sering kali cinta itu akan segera hilang apabila kau benar-benar menemukan cinta sejatimu saat orang tuamu merestui
Namun jika terjadi sebaliknya.jika orang tua mu memaksakan kehendak mereka terhadap seseorang lewat ta’aruf,sedangkan kau tidak menyukainya. Bila dia lelaki yang baik dan tidak ada alasan syari untukmu menolaknya,maka tak ada salahnya bila kau ibadah pernikahan juga ibadah membahagiakan orang tua. Tidak ada yang tahu kalo setelah menikah bisa saja kita jatuh cinta terhadapnya. Karna terkait tugasmu terhadap suami kelak,karna segala sesuatu yang di perintahkan suami asalkan tidak menyebabkan ingkar terhadap islam,maka itu yang akan menjadi pintu menuju surgaNya bagimu,
Orang tua kita lebih mengetahui kita dari pada kita sendiri. Cobalah bersikap bijak terhadap keinginan orang tua kita,apalagi yang menyangkut hati kita. Bersikaplah kooperatif,jikalah yang di kemukakan orang tua kita itu benar adanya,jangan keegoisan yang kita dahulukan ketimbang akal sehat kita yang bisa membuat kita ingkar atau bahkan durhaka terhadap orang tua kita.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.” (QS. Al Isra’ : 24)
Share
0 Responses

Posting Komentar